Akal dan Nafsu, Tema Khotbah Sholat Ied di Mushollah Raudhatul Jannah Air Putih Samarinda
SAMARINDA – Suasana kegembiraan dalam perayaan kemenangan Idul Fitri 1443 H kental terasa, setelah dua tahun dilanda pandemic Covid-19, hal tersebut nampak saat sebagian warga Kelurahan Air Putih Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda, Senin 2 Mei 2022 pagi memenuhi beberapa tempat ibadah, diantaranya Musholla Raudhatul Jannah hingga jamaah meluber menyeberang jalan.
Hidayatullah, sekretaris Dewan Kemakmuran Mushollah Raudhatul Jannah mengatakan pihaknya telah menyiapkan membludaknya antusias masyarakat yang ingin melaksanakan sholat I’d di Musholla raudhatul jannah antara lain dengen menyediakan beberapa terpal besar yang siap di hampar bila jamaah membludak.
“Sejak malam setelah pembagian zakat fitrah ke mustahik (penerima zakat-red) kita menyiapkan tempat untuk pelaksanaan sholat I’d di pagi harinya. Kita sudah antisipasi, karena pada malam itu cuaca akan menunjukkan hujan di pagi hari,” jelas Hidayatullah.
Sebelum pelaksanaan sholat Id, Sekretrais Dewan Kemakmuran Musholla menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan selama dalam bulan ramadhan 1443 H termasuk melaporkan penerimaan zakat.
“Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Musholla Raudhatul Jannah kelurahan Air Putih menerima zakat fitrah dan mal dengan jumlah beras sebanyak 1.463 kg, Zakat Fitrah berupa uang sebanyak Rp26.700.000, Zakat Mal Rp61.300.000, Infak Rp 2.590.000, Sedekah Rp1.060.000, sehingga total penerima berupa uang sebanyak Rp91.650.000. Dari jumlah tersebut dibagikan kepada mustahik sebanyak 250 paket dengan masing-masing paket berisi beras 6 kg dan uang sebesar Rp300.000,” kata Hidayatullah.
Pelaksanaan Sholat Idul Fitri dengan imam sekaligus khotib Ustadz Ardiansyah. mengambil tema Akal dan Nafsu, dengan penuh hikmat diikuti jemaah yang hadir.
Dipaparkan ustadz Ardiansyah, kegembiraan telah dirasakan tatkala lantunan takbir, tahlil, dan tahmid dikumandangkan, pertanda rangkaian ibadah Romadhan telah usai. Namun, kesedihan
pun tidak terelakan karena berpisah dengan bulan suci Romadhan.
“Pada malam terakhir bulan Ramadhan langit, bumi, dan malaikat menangis berduka cita bagi ummat nabi Muhammad. Bertanya salah seorang shohabat : Musibah apa ya Rasulullah? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab perginya bulan Ramadhan, karena dalam bulan
itu semua do’a terkabul, semua shodaqoh diterima, semua amal kebajikan berlipat ganda
pahalanya, dan azab terhindarkan,” Papar Ustadz yang juga mantan penghulu ini.
Betapa agungnya bulan romadhan itu, kehadirannya tidak hanya mendatangkan keberkahan, juga untuk menghapus dosa dan kesalahan kita serta membimbing kita dalam upaya menghindarkan diri dari siksaan neraka. Dan kini dia telah pergi. Pepatah arab berbunyi: “Jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersatu, niscaya engkau akan merasakan pahitnya berpisah.” Ucapnya, sambil berharap semoga ini bukan Romadhan yang terakhir bagi kita. Ya, Allah ! izinkan kami bertemu lagi dengan bulan yang agung ini dan menikmati lezatnya beribadah di dalamnya dengan Rahmat Mu ya, Allah.
Dijelaskan dalam khotbahnya, Ya Rasulullah, siapakah yang paling utama diantara manusia? Rasulultah SAW bersabda yang berakal, segala sesuatu itu ada alatnya dan alatnya seorang mu’min adalah akalnya. Dan bagi setiap kaum ada pemimpinnya dan pemimpin seorang mu’min adalah akalnya. Dan setiap kaum mempunyai tujuan dan tujuan hamba Allah adalah akal.
Tentang nafsu telah dinyatakan dalam alquran Q.S.Yusuf:53, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Keberadaan akal dan nafsu pada manusia menjadikan manusia makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk lainnya. Malaikat memiliki akal tetapi tidak mempunyai nafsu. Hewan memiliki nafsu tetapi tidak mempunyai akał. Jika akałnya mengałahkan nafsunya maka dia akan lebih baik dari malaikat. Dan jika nafsunya mengalahkan akalnya maka kedudukannya lebih rendah dari hewan.
“Termaktub dalam kitab Durratun Nashihin telah diriwayatkan, tatkala Allah menciptakan akal, setelah sempurna penciptaannya maka Allah bertanya kepada Akal : wahai akal! Siapa engkau dan siapa Aku? Maka akal pun menjawab Engkau adalah Tuhanku dan aku adalah hambaMu yang lemah. Kemudian Allah berfirman hai akal ! engkau adalah makhluk Ku yang mulia. Kemudian Allah menciptakan nafsu, setelah sempurna penciptaannya, maka Allah bertanya kepada nafsu : siapa engkau dan siapa Aku? Maka nafsu pun menjawab dengan sombongnya: Engkau adalah Engkau dan Aku adalah Aku! lalu Allah murka dan dilemparlah nafsu itu kedalam neraka jahannam disiksa selama seratus tahun. Setelah menjalani hukuman selama seratas tahun maka dikeluarkanlah nafsu itu dari neraka. Lalu Allah bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama dan jawabannya sama seperti semula. Dan Allah murka lagi, lalu dilemparlah kedalam neraka jahannam dengan siksaan kelaparan selama seratus tahun. Setelah menjalani masa hukuman yang kedua, maka Allah bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Nafsu pun memberikan pengakuan : Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu,” jelasnya.
Berdasarkan riwayat tersebut patutlah untuk disadari dan diwaspadai bahwa nafsu yang ada pada diri setiap manusia adalah sosok makhluk yang sombong yang enggan mengakui tuhan yang telah mernciptakan dirinya. Dalam pembinaannya, nafsu tidak takut dengan siksaan neraka, karena dia telah merasakan siksaan neraka selama 200 tahun.
Nafsu merupakan kendaraan bagi syaithon untuk menjerumuskan manusia dalam mengingkari Allah, menentang aturan-aturan Allah. Bagi mukmin sejati hendaknya bermujahadah (bersungguh-sungguh) dan terus-menerus dalam memerangi gejolak nafsu yang senantiasa mendorong manusia untuk berbuat yang tercela. Imam Qusyairi dalam Risalah Qusyairiyah telah menyatakan pengendalian gejolak nafsu itu dilakukan dengan cara melemahkannya dengan lapar dan dahaga, melumpuhkannya dengan sedikit tidur, dan membebaninya dengan amaliah-amaliah sehingga nafsu itu tidak berdaya. (mun)