Opini

Duta Kampus; Sinergi Mahasiswa dan Masyarakat dalam Membangun Desa Berdaya dan Berkarakter di Muara Wahau dan Kongbeng.

Dr. Hartono, S.H.I., M.S.I
Dosen STAIS Kutai Timur dan Direktur Lingkar Masyarakat Madani (LMM)

PROGRAM Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bagian integral dari proses pendidikan tinggi yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga pengabdian kepada masyarakat. Bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta (STAIS) Kutai Timur, kegiatan ini menjadi sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan, nilai keislaman, dan semangat sosial dalam kehidupan nyata.

Pada tahun 2025, kegiatan KKL/KKN STAIS Kutai Timur akan dilaksanakan di dua kecamatan, yakni Muara Wahau dan Kongbeng, yang mencakup 11 desa dengan karakteristik sosial dan geografis yang beragam. Adapun penerjunan mahasiswa akan dilaksanakan pada 10 November 2025, bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan sebuah simbol bahwa perjuangan mahasiswa hari ini adalah perjuangan ilmu dan pengabdian.

Secara geografis, Kecamatan Muara Wahau merupakan wilayah yang luas dengan kontur perbukitan dan pegunungan. Daerah ini memiliki curah hujan tinggi dan sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan. Akses jalan di beberapa titik masih sulit dilalui, terutama saat musim hujan.

Namun di balik tantangan geografis tersebut, Muara Wahau menyimpan potensi alam luar biasa, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, hingga kehutanan. Komoditas seperti kelapa sawit, karet, kopi, dan lada menjadi sumber ekonomi utama masyarakat. Di sisi lain, terdapat pula Kawasan Hutan Lindung Wehea, yang menjadi kebanggaan masyarakat adat Dayak Wehea dan menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam.

Sementara itu, Kecamatan Kongbeng dikenal sebagai wilayah yang sedang berkembang dengan dinamika sosial yang cukup kuat. Kondisi ekonomi masyarakatnya ditopang oleh pertanian, perdagangan, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Di beberapa desa seperti Miau Baru, kehidupan masyarakat Dayak Kayan masih sangat kental dengan tradisi dan adat istiadat, meskipun mulai beradaptasi dengan kehidupan modern. Selain itu, tantangan sosial seperti kawasan kumuh, kebersihan lingkungan, serta ancaman kebakaran lahan menjadi isu penting yang membutuhkan perhatian bersama.

Dari sisi keberagamaan, masyarakat di kedua kecamatan ini hidup dalam keberagaman suku dan agama, membentuk mozaik sosial yang damai dan toleran—suatu hal yang sangat relevan dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin yang dipegang teguh oleh STAIS Kutai Timur.

Dalam konteks tersebut, kegiatan KKL/KKN mahasiswa bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan wujud nyata keterlibatan mahasiswa sebagai agen perubahan. Mahasiswa diharapkan mampu melihat realitas sosial dengan kacamata empati dan intelektualitas.

Mereka akan belajar langsung tentang kehidupan masyarakat, memahami permasalahan dari akar rumput, dan mencoba menghadirkan solusi sederhana namun bermakna. Melalui interaksi dengan masyarakat, mahasiswa juga akan belajar tentang nilai-nilai sosial, budaya, dan kearifan lokal yang tidak ditemukan di ruang kuliah.

Pesan bagi mahasiswa yang akan diterjunkan ke lapangan sangat jelas: jadilah insan yang membawa manfaat, bukan sekadar pengamat. Datanglah dengan sikap rendah hati, bukan sebagai “pembawa solusi”, tetapi sebagai mitra yang belajar bersama masyarakat. Jadikan kegiatan ini sebagai kesempatan untuk mengasah kepedulian, tanggung jawab, dan ketangguhan menghadapi tantangan sosial yang nyata.

Dalam perjalanan nanti, mahasiswa akan menemukan berbagai kondisi yang tidak ideal—akses jalan yang sulit, fasilitas terbatas, hingga perbedaan adat dan budaya. Namun justru dari keterbatasan itulah tumbuh karakter dan kepekaan sosial yang sejati.

Sedangkan, kontribusi yang diharapkan dari mahasiswa STAIS Kutai Timur mencakup berbagai bidang. Di sektor ekonomi, mahasiswa dapat membantu pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan, pendampingan UMKM, atau inovasi pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan. Di bidang pendidikan dan sosial, mereka dapat melakukan kegiatan literasi, edukasi keagamaan, dan penguatan nilai-nilai karakter bagi anak-anak dan remaja desa.

Sementara di bidang lingkungan, mahasiswa dapat berperan aktif dalam kampanye kebersihan, penanaman pohon, dan edukasi mitigasi kebakaran lahan yang sering menjadi persoalan di daerah tersebut.

Lebih jauh, mahasiswa juga diharapkan menjadi jembatan antara masyarakat dan kampus membawa nilai-nilai akademik ke tengah kehidupan nyata, sekaligus membawa pengalaman masyarakat kembali ke dunia ilmiah sebagai bahan refleksi dan penelitian. Dengan demikian, KKL/KKN bukan hanya memenuhi syarat kelulusan, tetapi juga menumbuhkan jiwa sosial dan tanggung jawab kemanusiaan dalam diri mahasiswa.

Akhirnya, pelaksanaan KKL/KKN STAIS Kutai Timur di Kecamatan Muara Wahau dan Kongbeng pada 10 November 2025 diharapkan menjadi momentum pembelajaran yang bermakna. Semoga mahasiswa mampu menjadi duta kampus yang berilmu, berakhlak, dan berdaya guna, serta meninggalkan jejak kebaikan yang bisa dirasakan masyarakat dalam jangka panjang.

Sebab pada hakikatnya, pengabdian yang tulus tidak diukur dari lamanya waktu, melainkan dari seberapa dalam manfaat yang ditinggalkan. Melalui kegiatan ini, STAIS Kutai Timur menegaskan komitmennya bahwa pendidikan tinggi Islam bukan hanya mencetak sarjana, tetapi membentuk insan yang peduli, berkarakter, dan siap berkontribusi bagi kemajuan umat dan daerah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button