Akibat Tuntutan Ekonomi, Perempuan Ini Nekat Banting Stir Jadi PSK

KUTAI TIMUR – Tuntutan ekonomi dalam masa pandemi Covid-19 memaksa Ica (nama samaran) yang sebelumnya hanya ibu rumah tangga yang hidup sederhana di salah satu rumah kontrakan di sudut Kota Sangatta terpaksa banting stir dan terjun bebas ke bisnis esek-esek untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Perempuan berusia 27 tahun yang mengaku hanya lulusan sekolah setingkat SLTP ini mengaku terpaksa menjalani pekerjaan tersebut pasca suami yang selama ini menopang perekonomian keluarga harus mendekam bertahun-tahun dibalik jeruji besi akibat penyalahgunaan narkotika.
Dirinya juga menyebutkan bahwa dengan tarif 500 ribu hingga 1 juta yang dipatoknya dalam sekali kencan dengan para pria hidung belang yang menghubunginya melalui aplikasi tersebut, dalam satu bulan dirinya bisa mengantongi hasil bersih sekira 7 juta dari praktik wiraswasta tubuh tersebut.
Hasil tersebut menurutnya hanya cukup digunakannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anaknya yang menurutnya cukup besar.
“Cerai setelah suami ditahan akibat narkoba, mau gimana lagi kebutuhan hidup keluarga juga mesti terpenuhi. Kalau dulu dengan gaji suami masih bisa mencukupi untuk kebutuhan hidup, tapi sekarang, untuk bayar sewa rumah, memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekolah anak, kan harus cari sendiri,” akunya, Jum’at (20/08/2021).
Meski disadarinya profesi yang saat ini dilakoninya adalah pekerjaan yang salah, janda beranak satu ini mengaku melakukan hal tersebut hanya demi menghidupi keluarganya. Bukan seperti yang lain, dimana hal tersebut dijadikan pekerjaan rutin untuk bertahan hidup.
“Satu tahun terakhir ini saya geluti profesi ini. Memang hina dan murahan, siapa sih yang mau melakoni profesi seperti ini bila tidak terdesak kebutuhan. Kalau bisa memilih, saya tidak mau melakukan pekerjaan ini. Semua karena keadaan dan keterpaksaan bukan karena memang mau hidup dari hasil jual diri,” jelasnya.
Lebih lanjut, menurutnya setiap kali melayani para pria hidung belang, dirinya mengaku lebih sering menggunakan penginapan ataupun guest house yang bertebaran di Sangatta Utara sebagai tempat praktik. Selain lebih murah ketimbang hotel, tempat tersebut juga lebih bebas dan leluasa, sehingga dirinya dapat bebas menerima tamu hidung belang tanpa harus kuatir ditegur oleh pihak pengelola.
Sering juga saat check in di penginapan, imbuhnya, dirinya menemukan adanya perempuan lain yang juga melakukan hal yang serupa dengan yang dilakukannya.
“Biasanya mereka berasal dari luar kota, 2 hingga 3 orang, sama-sama check in dan ya kerjanya juga sama, pemuas pria hidung belang,” tutupnya.